Selasa, 27 Desember 2011

Anak Kurang Enzim


Pencernaan, terangnya, bila dilihat lewat mikroskop akan tampak seperti rumput yang ada jonjot-jonjotnya (villi). Pada ujung jonjot-jonjot tersebut terdapat enzim-enzim pencernaan. Ibarat rumput, makin tinggi tumbuhnya tentu makin bagus. Pada bayi, di usia sebulan, misal, jonjot usus masih lurus. Makin usianya bertambah, jonjot usus pun ikut tumbuh dan tambah menaik. "Biasanya baru di usia sekitar 4 bulan jonjot usus tumbuh dengan baik dan sempurna, begitupun enzim-enzim pencernaannya.

Bila makanan tak dapat diserap dengan baik, makanan itu akan cepat keluar lagi atau malah sulit keluar. Penyerapan makanan yang tak baik ini, bisa terjadi bila enzim pencernaan tak ada; enzim pencernaannya kurang; atau justru karena ada kerusakan pada jonjot usus, seperti jonjotnya gundul. "Jadi, kalau enzim pencerna karbohidratnya tak ada, misal, maka zat karbohidrat dari makanan tersebut jelas tak bisa diserap oleh tubuh.".

Enzim pencernaan yang tak ada bisa terjadi pada keadaan-keadaan tertentu. Misal, bayi dengan BB lahir rendah atau lahir prematur. "Pada bayi-bayi dengan kondisi demikian, biasanya jonjot-jonjot ususnya belum sempurna, hingga enzim pencernaannya pun tak sempurna atau tak ada,"

Itu sebab, pada bayi-bayi yang lahir prematur, jadwal pemberian makanan padat tak bisa disamakan dengan bayi-bayi yang lahir normal, melainkan harus dimundurkan. Misal, bila kelahirannya di usia 8 bulan, pemberian makanan padat pertamanya di usia 5 bulan, bukan di usia 4 bulan seperti umumnya. Demikian pula bila kelahirannya di usia 7 bulan, berarti pemberian makanan padatnya di usia 6 bulan. Jadi, mundurnya tergantung berapa bulan kelahiran prematurnya.

Tiadanya enzim pencernaan bisa juga dikarenakan jonjot usus yang rusak. Biasanya terjadi karena faktor dari luar, seperti ada infeksi virus atau bakteri. "Ini paling sering dialami bayi usia 4 bulan akibat kebiasaan anak yang suka memasukkan tangan dan segala macam ke dalam mulut." Atau, karena faktor higiene, yaitu botol dan dot untuk minum susunya tak bersih, hingga bakteri atau virus masuk dan merusak jonjot usus. Rusaknya jonjot usus juga bisa dari makanan yang asam dan pedas, tapi umumnya hal ini terjadi pada orang dewasa yang sensitif. "Bila jonjot ususnya rusak, otomatis enzimnya tak ada. Bukankah enzim adanya di bagian ujung jonjot usus?"

Bisa juga enzim pencernaan yang ada belum sempurna dan masih kurang. "Ini biasanya terjadi karena pada usia yang seharusnya sudah mendapat makanan padat, justru ia tak diberi, hingga tak ada rangsangan enzim pencernaan untuk berproduksi sendiri," terang Budi. Misal, usia di atas 6 bulan masih diberi bubur susu tanpa diberi makanan berserat, hingga jonjot ususnya tetap pendek dan enzimnya tak ada atau kurang.

Padahal, jika ingin jonjot usus tumbuh bagus perlu dirangsang dengan makanan berserat. "Jadi, bila memang masanya bayi makan makanan padat, beri ia makanan berserat seperti sayuran yang diblender atau buah-buahan, semisal pepaya dan sebagainya. Dengan adanya makanan padat, enzim-enzim pencernaan yang ada akan mencerna makanan dengan baik, hingga absorpsi makanannya pun lebih baik."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar