Sabtu, 04 September 2010

Jenis-Jenis Makanan Bayi



Menentukan Makanan yang Cocok untuk Bayi.


Banyak ibu muda, khususnya yang baru pertama kali mengalami memiliki buah hati masih sedikit bingung dalam memilih makanan bayi yang paling tepat dan bagaimana cara yang benar pemberiannya.

Makanan, selain menjadi sumber bahan bakar energi pada tubuh manusia, seperti kita ketahui, makanan juga sebagai faktor penunjang untuk tumbuh kembang tubuh anak, pada khususnya bayi. Dimana siklus pertumbuhan bayi sangatlah pesat.

Dari paska lahir, berat bayi yang mencapai rata-rata 3 kg, dalam kurun waktu satu tahun pertumbuhannya bisa mencapai sekitar 9 kg. Oleh karena itu, sangatlah penting pemberian makanan pada bayi harus memenuhi syarat kebutuhan gizi.

Pada prinsipnya, bayi memerlukan pemberian makanan secara bertahap. Dari tahap awal yang dimulai dari yang cair, lalu setengah padat, kemudian padat dan dilanjutkan makanan biasa berupa nasi dan lauk pauk. Tidak ketinggalan asupan air, vitamin, serta mineral untuk bayi haruslah cukup,

Walau demikian, kondisi bayi menentukan kesiapan menerima asupan makanan. Karena pada prakteknya pemberian makanan bersifat individual. Belum tentu semua bayi usia 4 bulan siap diberi bubur susu.

Kondisi fisik bayi juga menentukan kesiapan menerima jenis asupan makanan. Kondisi fisik bayi meliputi berat dan tinggi badannya. Dimana dalam hal ini dokter anak-lah yang memiliki kompetensi khusus yang menilai.

Oleh karena itu, penting sekali anak dipantau tumbuh kembangnya tiap bulan dari aspek keseluruhan. Dari tinggi badan bayi, berat badan bayi, jadwal pemberian imunisasi dan metode asupan pola makannya.

Sesuaikan perkembangan fisik bayi dengan pola makannya, selama masih dalam pemantauan orangtua dan dokter anak, bayi akan mencapai proses tumbuh kembang secara optimal. Beberapa hal yang penting untuk diingat, seberapa banyak dan seberapa sering bayi makan, semuanya tergantung pada usia, tingkat pertumbuhan, berat badan, dan metabolisme. Dan semua itu tak sama antara satu bayi dengan bayi lainnya.

ASI

Bagaimanapun yang terpenting, air susu ibu (ASI) adalah asupan terpenting pada bayi. ASI, selain mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, ASI juga mengandung macam-macam substansi anti-infeksi yang mampu melindungi bayi terhadap berbagai infeksi.

Pada masa usia bayi melewati 4 bulan, bayi memerlukan makanan tambahan seperti bubur susu, biskuit dan buah-buahan. Kemudian bubur saring (nasi tim yang dihaluskan) mulai usia 6 bulan dan di usia 9 bulan sudah bisa diberikan nasi tim.


Susu Formula

Jika Anda mengkombinasikan ASI dengan susu formula, sebaiknya pilih susu formula yang komposisinya paling mirip ASI. Mintalah petunjuk dokter. Begitu pun cara meramu formula dan berapa banyak formula yang akan diberikan pada bayi Anda.

Ada berbagai keadaan yang bisa membuat menyusui tidak praktis atau tidak dianjurkan. Ibu-ibu yang tidak bisa menyusui tidak boleh merasa tidak cakap atau bersalah. Sebaiknya susu formula diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter dan para profesional ASI.


Buah-buahan

Selain menjadi sumber vitamin dan mineral, buah-buahan juga menjadi sumber serat yang bagus. Menginjak usia 6-8 bulan, bayi bisa diberikan buah-buahan seperti jeruk, pepaya, pisang, dan tomat. Buah bisa diberikan dalam bentuk jus.

Khusus tomat, rebuslah lebih dulu setelah dicuci bersih, lalu disaring untuk diambil airnya. Atau, si buah hati bisa diperkenalkan ‘finger foods’, yaitu snack yang dapat dimakan oleh bayi sendiri (tidak perlu disuapi), seperti buah yang dipotong-potong ukuran kecil sehingga bayi dapat makan sendiri. Makanan halus ini diberikan 2-3x/hari.

Buah-buahan lainnya seperti melon, alpukat, semangka, pir, dan lainnya dapat diberikan mulai usia 6 bulan. Namun hindari buah-buahan yang bergetah. Karena dapat menimbulkan diare seperti sawo, nenas, durian, mangga dan lainnya.

Pada tahap awal, berikanlah kira-kira 30-50 ml air buah sebagai pengenalan pada kondisi pencernaan bayi, pantau reaksi yang timbul. Jika setelah minum air jeruk, timbuil diare, gantilah dengan buah lain pada pemberian berikutnya yang lebih cocok. Namun satu hal terpenting, cuci bersih setiap buah sebelum diberikan pada bayi.


Makanan Padat

Menginjak usia 4-5 bulan bayi sudah bisa diberikan makanan pada. Makanan padat pertama yang diperkenalkan hendaknya masih dalam bentuk lunak agar mudah dicerna bayi, bisa berupa dalam bentuk bubur susu.

Bubur susu biasanya terbuat dari bahan tepung serelia seperti beras, maizena, terigu atau havermout, ditambah susu dan gula. Pembuatan bubur susu bisa dilakukan dengan dibuat sendiri atau membeli bubur susu instan. Namun penting diingat, jika membeli bubur instant, jangan pernah lupa untuk memeriksa tanggal kadaluarsanya.

Memasuki usia 6 bulan bayi dapat diperkenalkan pada makanan padat berikutnya, seperti halnya nasi tim. Nasi tim biasanya terdiri dari bubur beras ditambah lauk berprotein hewani maupun nabati ditambah sayuran seperti wortel dan bayam.

Ada baiknya nasi tim haruslah melalui proses penghalusan terlebih dahulu, bisa dilakukan dengan alat blender sebelum diberikan pada bayi. Setelah bayi menginjak usia diatas 10 bulan, nasi tim tidak perlu dihaluskan lagi.


Makanan Selingan

Makanan selingan bagi bayi biasanya hadir berupa dalam bentuk biskuit yang memang dibuat khusus untuk bayi. Perkenalan makanan selingan bisa diberikan disaat bayi menginjak usia 4 bulan.

Biskuit bisa dicampur air matang ataupun susu. Namun jika bayi sudah dapat duduk, berikanlah biskuit dalam bentuk kepingan. Hal ini lebih baik karena dapat melatih melatih keterampilan jari-jemari tangannya (motorik halus) serta merangsang pertumbuhan gigi pada bayi.

Setelah usia 6 bulan, bayi sudah bisa diberikan makanan lain seperti roti, agar-agar, puding, bubur kacang hijau, dan lainnya.

Untuk masalah jadwal pemberian makanan, pada umumnya diberikan tiap 3 jam sekali. Namun dalam suatu kasus, terdapat juga bayi yang sudah lapar dalam interval 2 jam. Hal tersebut normal, karena setiap bayi memiliki keunikan tersendiri.

Namun pada umumnya lambung tubuh manusia termasuk bayi akan mengalami pengosongan dalam interval 3 jam. Oleh karena itu penting halnya jika terdapat kasus bayi yang mengalami tidur lebih dari 4 jam, bayi tersebut haruslah dibangunkan dan diberikan makanan.[](DA)

10 Penyakit Umum Balita



Seperti dikutip dari buku Your Baby Month by Month karangan Su Laurent dan Peter Reader, Senin (28/6/2010) yang diterbitkan Esensi, ada beberapa gejala yang umum terjadi pada balita dan kemungkinan penyebabnya, yaitu:


1. Batuk-batuk

Penyebab yang paling umum dari kondisi ini kemungkinan selesma, atau dikenal juga sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Selain itu ada juga penyebab lainnya seperti lendir dari hidung yang mengalir ke tenggorokan, asma, bronkiolitis, batuk rejan atau pneumonia.

2. Diare

Balita yang mengalami diare umumnya memiliki kotoran yang encer dan berair. Diare ini bisa disebabkan oleh gastroenteritis, alergi atau tidak bisa menoleransi suatu makanan. Pada bayi di bawah usia 3 tahun (batita) terkadang diare disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna.

3. Sulit bernapas

Gangguan ini umumnya terjadi pada bayi karena saluran udara yang dimilikinya masih kecil. Namun ada juga beberapa kondisi yang bisa menyebabkan bayi sulit bernapas, sepert asma, bronkiolitis atau pneumonia.

4. Sakit telinga

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh adanya infeksi pada telinga bagian tengah dan luar. Pada umumnya balita yang mengalami sakit telinga akan sering kali menarik-narik telinganya.

5. Menangis berlebihan

Penyebab medis yang bisa menyebabkan bayi menangis berlebihan adalah kondisi yang mengakibatkan sakit perut, nyeri pada tulang atau adanya infeksi tulang. Secara umum bayi yang sakit cenderung akan diam dan tidak rewel.

6. Demam

Pada umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Usaha pertama yang dilakukan jika bayi demam tinggi adalah memberinya obat penurun demam, karena demam yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kejang.

7. Kejang

Balita yang kejang adalah suatu kondisi menakutkan bagi orangtua. Namun, jika kejang terjadi akibat demam tinggi biasanya jarang berbahaya. Penyebab lain dari balita yang kejang adalah epilepsi dan kejang hari kelima, yaitu kejang tanpa ada alasan yang khusus pada bayi yang baru lahir dalam keadaan sehat.

8. Ruam

Ruam yang timbul pada balita disebabkan oleh banyak hal, sepert penyakit infeksi, alergi, eksim dan juga infeksi kulit.

9. Sakit perut

Terdapat berbagai hal yang bisa memicu sakit perut pada balita, salah satu penyebab yang paling umum adalah sembelit (konstipasi) atau susah buang air besar. Sakit perut yang dialami juga bisa disebabkan oleh gastroenteritis dan juga rasa cemas berlebihan yang dialami si kecil. Jika sakit perutnya tergolong parah, maka segera konsultasikan ke dokter.

10. Muntah

Muntah bisa disebabkan oleh infeksi seperti gastroenteritis, infeksi saluran kemih, keracunan makanan atau masalah struktural misalnya refluks atau stenosis pilorik.

Jumat, 03 September 2010

Tahap Perkembangan Bayi



Berikut ini adalah tahap-tahap perkembangan bayi Anda :


 
Usia lahir hingga 1 bulan
  • Mata belum bisa focus, tapi sudah belajar mengenali wajah dalam jarak dekat
  • Dapat menirukan anda dalam hal menjulurkan lidah atau membuka mulut
  • Secara insting akan menuju kearah susu anda dan membuka mulutnya
  • Memejamkan mata atau berkedip saat ada cahaya yang kuat dan akan menutup matanya bila terlalu banyak rangsangan cahaya yang masuk
  • Dalam periode 24 jam tidur 16 hingga 17 jam
  • Biasanya membutuhkan perawatan setiap 2 jam, tidak terlepas dari susu ibu atau susu formula dalam jangka waktu 3 atau 4 jam
  • Menangis berarti membutuhkan sesuatu (makanan, ganti popok, ketenangan atau belaian)
  • Mata belum bisa focus, tapi sudah belajar mengenali wajah dalam jarak dekat
  • Dapat menirukan anda dalam hal menjulurkan lidah atau membuka mulut
  • Secara insting akan menuju kearah susu anda dan membuka mulutnya 
  •  Memejamkan mata atau berkedip saat ada cahaya yang kuat dan akan menutup matanya bila terlalu banyak rangsangan cahaya yang masuk
  •  Dalam periode 24 jam tidur 16 hingga 17 jam
  •  Biasanya membutuhkan perawatan setiap 2 jam, tidak terlepas dari susu ibu atau susu formula dalam jangka waktu 3 atau 4 jam
  •  Menangis berarti membutuhkan sesuatu (makanan, ganti popok, ketenangan atau belaian)

 
Usia 1 bulan

  •  Penglihatan cukup jelas dalam jarak 8 hingga 12 inchi, akan memandang wajah ibu saat disusui
  •  Gerakan, dalam hal menggenggam dan mengayun masih bersifat refleks
  •  Masih tidur lebih dari setengah hari, tapi pelan-pelan mulai lebih banyak tidur malam hari daripada di siang hari
  •  Senyuman pertama mungkin akan muncul di usia ini
  •  Menangis lebih banyak terjadi saat usia 6 minggu (hampir 3 jam sehari lebih sering lagi kalau ia kolik)

 
Usia 2 bulan
  •  Mulai mengenali wajah-wajah yang berbeda
  •  Dapat memegang benda dalam beberapa detik sebelum benda ittu terlepas
  •  Sudah mampu menoleh bila ada suara yang dating dari arah kiri atau kanan
  •  Masih perlu tiga atau empat kali tidur siang, dan terbangun pada malam hari untuk minum susu atau makan
  •  Dalam hal minum susu mungkin bervariasi dari 6 hingga 10 kali sehari
  •  Kadang menghentikan tangisnya sambil berharap anda menghampirinya dan memberi perhatian

 
Usia 3 bulan
  •  Gampang dan spontan dalam tersenyum
  •  Dapat memegang benda dan mengayunkannya
  •  Menjadi sangat asyik dengan tangan dan jari-jarinya
  •  Akan mengikuti gerak dan arah gerakan benda
  •  Ketika tengkurap, sudah dapat mengangkat kepalanya dan bersandar pada bahunya
  •  Menangis sebagai cara untuk mengkomunikasikan sekaligus menandakan kebosanan atau sedang butuh perhatian

 
Usia 4 bulan 
  •  Dapat melihat ke penjuru ruangan
  •  Dapat berguling dengan tanpa bantuan
  •  Memukul-mukul air dan menendang-nendang untuk kesenangan saat sedang dimandikan
  •  Dapat mulai menahan kepala secara tegak
  •  Mulai bereksperimen dengan mengoceh
  •  Bisa mendengarkan musik
  •  Mulai tumbuh gigi

 
Usia 5 bulan
  •  Mengenali anggota-anggota keluarga dengan baik
  •  Akan mencondongkan dada untuk mengambil benda yang jatuh
  •  Mulai memegang benda, menggoyang-goyangkannya dan sering mengeksplorasinya dengan mulut
  •  Dapat melihat keseluruh ruangan
  •  Bisa bergulingan dengan tanpa bantuan
  •  Memukul dan menendang-nendang saat mandi
  •  Dapat menahan kepala secara tegak
  •  Bereksperimen dengan berbagai bentuk ocehan
  •  Mendengarkan musik
  •  Mulai tanda tumbuh gigi

 
Usia 6 bulan
  •  Mungkin sudah mampu duduk bila dibantu
  •  Dapat memutar tubuh dan menengokkan kepala
  •  Bila belum mulai makan makanan padat, mulai saat ini bisa dimulai
  •  Emosi secara keseluruhan akan muncul saat ini, mulai dari senang, sayang, dan peka terhadap humor  hingga tidak sabar, takut dan tidak percaya.
  •  Kemungkinan bisa menambahkan beberapa konsonan pada saat mengoceh
  •  Bayi mungkin bisa tidur sepanjang malam dimana membuatnya bisa tidak makan atau minum selama 6 hingga 7 jam
  •  Ketika marah sudah bisa menenangkan diri

 
Usia 7 bulan
  •  Memulai beberapa bentuk awal merangkak
  •  Memulai dapat mengangkat tubuh untuk menuju kearah posisi berdiri
  •  Gigi sudah mulai terbentuk dan tumbuh disebagian formasi
  •  Dapat mengenali nama sendiri dalam rangkaian kata-kata yang kita ucapkan
  •  Senang sekali pada situasi social dan kegirangan dengan ditandai melonjak-lonjak saat tahu saatnya untuk bermain

 
Usia 8 bulan 
  •  Merangkak maju atau mundur, kadang sambil berpegangan pada suatu benda
  •  Kemungkinan sudah dapat berdiri sambil bertopang pada sesuatu
  •  Sedikit motorik skill juga sudah berkembang seperti mengambil benda kecil dengan cara menggenggam menggunakan ibu jari dan jari lainnya
  •  Dapat mengingatkan kejadian yang baru lewat
  •  Mengerti bahwa mainan tidak hilang ketika disembunyikan, paham bahwa benda itu ada disuatu tempat tapi tidak harus tampak
  •  Menangis karena tidak sabar

 
Usia 9 bulan 
  •  Belajar bertepuk tangan
  •  Belajar merembet atau mendaki sesuatu
  •  Memahami beberapa kata-kata, walaupun tidak bisa mengucapkannya
  •  Memahami ketinggian bahkan kadang takut dengan hal itu
  •  Ingin bermain didekat anda tetapi dalam prosesnya dia ingin mengeksplorasi sendiri mainannya tersebut secara independent
  •  Tidur siang mungkin turun hingga hanya dua kali sehari

 
Usia 10 bulan 
  •  Mampu berjalan bila anda memegang kedua tangannya
  •  Duduk dari posisi berdiri
  •  Kadang bergoyang atau melonjak-lonjak ketika mendengarkan musik
  •  Menjadikan semua peralatan rumah tangga sebagai mainan
  •  Takut terhadap tempat-tempat yang aneh
  •  Mulai bagus ketika mengantisipasi kejadian, ketika lemari es dibuka ia mengharap adanya makanan, ketika anda mengambil dompet bayi anda mungkin berharap anda akan mengajaknya keluar

 
Usia 11 bulan
  •  Merambat sepanjang furniture rumah tanpa bimbingan anda
  •  Bisa berjinjit mengangkat tubuh diatas jari-jari kaki
  •  Meloncat dan membungkuk
  •  Memahami bahwa benda yang kecil dapat masuk ketempat yang lebih besar
  •  Bisa membuat suara-suara yang lebih berarti, termasuk menirukan irama
  •  Memahami kata jangan tetapi belum dapat meletakkannya dalam konteks yang berbeda

 
Usia 12 bulan
  •  Segera akan berdiri dan berjalan sesaat sebelum ulang tahunnya yang pertama
  •  Akan menirukan tindakan-tindakan seperti berbicara di telepon, menyapu lantai, mendorong trolly belanja, memberi makanan bayi dan sebagainya
  •  Memahami lebih banyak kata-kata yang kita ucapkan
  •  Kemungkinan menunjukkan secara sementara prefensi kearah salah satu orang tertentu
  •  Kadang menolak waktu untuk tidur baik sing ataupun malam
  •  Menunjukkan kasih sayang dalam bentuk tersenyum, memeluk, mencium atau tepukan dipunggung

 
Usia 12-15 bulan
  • Berjalan
  • Menggunakan peralatan seperti sikat gigi dan sisir, memegang botol, lebih gampang dipakaikan baju
  • Mengucapkan 4-6 kata yang dapat dimengerti, mengenali nama dan menunjuk ke orang yang ia kenal, tertawa saat melihat gambar lucu
  • Mulai mempelajari cara mencocokkan sesuatu

Usia 15-18 bulan
  • Mengerti bahasa sederhana, mengendarai mainan beroda empat, mencoba menendang bola walau sering meleset, membuka laci, menurut ketika dipakaikan baju, mengonsumsi makanan berkuah
  • Mengatakan 10-20 kata yang bisa dimengerti
  • Mengamati bermacam bentuk, mengenali gambar di buku
  • Berlari walau kadang-kadang terjatuh

Usia 18-24 bulan
  • Lancar berjalan dan berlari, bisa memanjat keluar dari ranjangnya, membuka pintu, menaiki tangga tanpa bantuan
  • Mengerti bahasa sehari-hari
  • Membuka bungkusan, mencuci tangan, duduk di kursi tanpa bantuan
  • Mengatakan 20-25 kata yang bisa dimengerti
  • Mencari tahu segala sesuatu sebelum melakukannya, menggambar lingkaran, membuat garis, mengerti dua perintah sekaligus

Usia 3 tahun
  • Bisa melakukan permainan Balok, Puzzle
  • Bisa menggambar dan mewarnai
  • Dapat melompat dengan satu kaki
  • Dapat berjalan menyusuri garis
  • Menyikat gigi, mencuci tangan dan mengambil minum sendiri
  • Memakai sepatu sendiri
  • Senang membantu tugas-tugas rumah tangga
  • Bisa berhitung sampai 3

Usia 4 tahun
  • Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna
  • Mandi sendiri dengan sabun, membilas tubuh, dan mengeringkan dengan handuk
  • Mau menceritakan kejadian yang dialaminya dan apa yang dilihatnya
  • Bisa bermain dengan anak lain


Usia 5 tahun
  • Anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet
  • Bisa memanjat tangga-tanga
  • Dapat mengendarai sepeda roda tiga
  • Dapat membawa air dalam cangkir tanpa menumpahkannya
  • Senang berlari-lari

Perawatan Bayi

           
            Membahas perawatan bayi memang gampang-gampang susah. Bukan cuma butuh kesabaran, tapi perlu pengetahuan tentang bagaimana perawatan bayi yang benar. Merawat bayi akan segera menjadi sikap alami. Namun ingat, cara Anda selalu berbeda dengan orang lain. Perawatan bayi adalah mencari cara yang paling cocok bagi Anda dan bayi Anda.

             Perawatan bayi menyangkut banyak hal. Dimulai ketika mengangkat bayi, saat mengganti baju, memandikan, atau memberinya makan, peganglah dengan erat dan penuh percaya diri. Bicaralah secara perlahan dan lembut, sambil melakukan kontak mata.

Mengangkat bayi

             Menggendong dan merangkul bayi akan membuatnya merasa aman dan dicintai. Mungkin tidak mudah pada awalnya, namun Anda akan semakin terbiasa dengan sering melakukannya.
Berdiri menghadap ke arahnya, susupkan satu tangan ke bawah kepala dan lehernya, dan tangan lain ke pantat.
Angkat perlahan dan lembut kearah dada, putar kepalanya kearah lekukan siku, lalu sangga tubuhnya dengan lengan Anda.
Saat meletakkannya, pegang kepala dan pantatnya. Tarik terlebih dahulu tangan dari pantat, kemudian tarik tangan yg dibawah kepala.


Menggendong bayi

             Termasuk dalam perawatan bayi termasuk juga menggendong bayi. Bayi baru lahir belum dapat menegakkan kepalanya. Anda harus menyangganya agar tidak terkulai. Gunakan gendongan agar ia dekat dengan tubuh Anda, sementara tangan Anda bisa melakukan pekerjaan lain.

Memakaikan baju

             Kebanyakan bayi tidak menyukai baju yang dimasukkan melalui kepala. Ada baiknya Anda membeli baju yang berkancing atau bertali depan atau samping.


Mengganti popok

             Untuk menghindari ruam popok, gantilah sesegera mungkin ketika basah atau kotor.Perlu diketahui, perawatan bayi baru lahir perlu mengganti popok 10 hingga 12 kali sehari.


Perawatan bayi dari ujung kepala sampai ujung kaki

             Dalam melakukan perawatan bayi baru lahir sebenarnya tidak perlu dimandikan setiap hari. Diantara waktu mandi, bersihkan tubuh bayi dengan mengelapnya dari ujung kepala sampai kaki. Caranya, buka baju bayi sebentar, bersihkan bagian yang perlu, seperti wajah, tangan, dan bagian kemaluan. Jangan membersihkan bagian dalam hidung atau kuping, karena lender dan selaput keduanya dapat membersihkan sendiri. Usaplah bagian yang kotor dengan kapas basah.


Memandikan

Termasuk dalam perawatan bayi adalah memandikannya dengan benar :

Siapkan terlebih dahulu keperluan mandi,
- Isi air hangat ke bak mandi, periksa suhunya dengan sikut.

- Buka baju, bungkus dengan handuk di pangkuan Anda. Usap matanya dengan kapas yang telah dibasahi dengan air matang dingin. Bersihkan daerah sekitar wajah dan mulut.

- Keramasi rambutnya, pegang kepalanya di atas bak mandi. Keringkan. Lepaskan handuk, letakkan satu tangan di bawah pundaknya, dan tangan lain di pantat, lalu masukkan bayi secara perlahan ke bak mandi.

- Tahan leher dan pundaknya, sabuni dan bilas dengan tangan Anda yang bebas. Pegang pantatnya dan     angkat. Bungkus dengan handuk, tepuk-tepuk agar kering. Biarkan bayi terbungkus handuk saat Anda memakaikan baju dan popoknya.


Menidurkan

            Waktu tidur bayi berbeda-beda. Rata-rata bayi baru lahir akan bangun selama 6-8 jam setiap 24 jam, dan biasanya tidur di siang hari 3-5 jam.


Menangis

           Menangis adalah cara bayi Anda memberitahu kebutuhannya. Secara bertahap, Anda akan belajar membedakan tangisannya. Antara tangisan lapar atau lelah. Dengan demikian Anda bisa memberikan perawatan bayi dengan benar. Bila tidak berhenti juga, cobalah untuk menghubungi dokter Anda.

Jenis Imunisasi Wajib


                    Program imunisasi untuk tujuh penyakit itu mulai dikembangkan pemerintah sejak 1977. Tujuan utamanya mencegah kematian balita karena infeksi. Sejak imunisasi dijalankan, berdampak pada menurunnya AKB. Sedangkan imunisasi terhadap penyakit lain seperti Gondongan (Mumps), Campak Jerman (Rubella), Tifus, Radang Selaput Otak (Meningitis) Hib, Hepatitis A, Cacar Air (Chicken Pox, Varicella) dan Rabies tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan (Gloria Cyber Ministries, 2001).


Berikut ini penjelasan mengenai beberapa vaksin yang wajib diberikan pada anak:

1). DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

a). Difteri

Penyakit Difteri disebabkan oleh Corynebacterium Diphtheriae yaitu bakteri gram-positif yang mengeluarkan toksin (racun) yang bisa menimbulkan gejala lokal maupun umum. Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat meluas dan menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf (Theophilus, 2002; RSPI, 2003).

Penyakit difteri terdapat di seluruh dunia dan masih menjadi endemik di sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia, kendati jumlahnya makin berkurang. Bakteri disebarkan melalui batuk, bersin, dan bicara. Jika sudah masuk ke hidung atau mulut, maka bakteri akan diisolasi di selaput lendir saluran nafas atas. Dalam masa inkubasi (2 – 4 hari), bakteri akan mengeluarkan toksin yang menyebabkan nekrosis (kematian sel) pada jaringan sekitar (Gloria Cyber Ministries, 2001).

Masa inkubasi penyakit ini tergolong cepat yaitu antara 1-6 hari. Gejala klinisnya tergantung dari tempat terjadinya infeksi, status imun dan penyebaran toksin. Dilihat secara klinis, difteri bisa terjadi di hidung, tonsil, laring, faring, laringotrakea, konjungtiva, kulit, dan genital.

Infeksi difteri bisa menimbulkan kematian jika sudah komplikasi pada laring dan trakea. Komplikasi biasanya juga merusak jantung, sistem syaraf dan ginjal. Sebelum hal itu terjadi, pasien harus segera mendapatkan obat antitoksin difteri dan antibiotika penisilin dan eritromisin. Selain itu, perlu diberikan pengobatan suportif dengan istirahat total 2-3 minggu.

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu – dua bulan. Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap difteri, pertusis dan tetanus secara bersamaan.

Menurut Dyah W. Isbagio (2001a) dari penelitian pada 392 anak di Tulangan Jawa Timur menunjukkan bahwa pemberian dua dosis DPT dengan interval 1 – 3 bulan pada anak usia 3 – 14 bulan dapat membuat kekebalan lebih dari 80 % anak.

Menurut Tsu V. & Tyschenko D.K. (2000) di Ukraina tahun 1996 menunjukkan bahwa pada anak yang tidak diimunisasi sebanyak 5 kali lebih banyak terkena infeksi daripada anak yang diimunisai (95 % CI: 2,8 – 9,0) dengan efisiensi sekitar 80 %. Dua dosis dapat mencegah risiko terserang penyakit infeksi tersebut. Sedangkan menurut Bisgard, et al (2000) pada efektifitas vaksin di Federasi Rusia pada tahun 1990 menunjukkan bahwa pemberian vaksin dipteri dosis 3 atau lebih dapat efektif sampai 97 % (95% CI: 94,3 – 98,4).

b). Pertusis

Pertusis adalah radang pernafasan (paru) disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena lamanya sakit bisa mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari. Gejala penyakit ini sangat khas, batuk yang bertahap, panjang dan lama, disertai bunyi dan diakhiri dengan muntah. Penyakit ini cukup berbahaya bila menyerang anak balita, karena mata dapat bengkak dan berdarah atau bahkan dapat menyebabkan kematian karena kesulitan bernafas(RSUD. DR. Saiful Anwar, 2002).

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis, tetapi di beberapa daerah kadang-kadang juga oleh Bordetella Parapertusis (Gloria Cyber Ministries, 2001).

Penyakit ini sangat menular (melalui kontak langsung) pada populasi yang tidak diimunisasi, bahkan dikatakan penularannya mencapai 100%. Risiko tertinggi menyerang pada bayi usia enam bulan ke bawah. Masa inkubasi penyakit ini antara 6-20 hari. Gejala umumnya dibagi dalam tiga fase yaitu (1) fase kataral (gejala infeksi saluran nafas), (2) fase serangan (batuk berat disertai nafas berbunyi) serta (3) fase penyembuhan (batuk berkurang dan nafas membaik). Jika sudah parah, penyakit ini menimbulkan komplikasi radang paru (pneumonia) yang menjadi penyebab sekitar 90% kematian anak usia di bawah tiga tahun.

Selain pneumonia, komplikasi juga menimbulkan kejang dan turunnya kesadaran akibat berkurangnya oksigen yang masuk ke otak. Dapat juga timbul komplikasi akibat batuk yang hebat, seperti: epistaksis, pendarahan sub konjungtiva, ulserasi frenulum. Mungkin terjadi prolapsus recti dan hernia karena meningginya tekanan intraabdominal. Muntah-muntah yang hebat menimbulkan emasiasi (kurus) dan gangguan keseimbangan elektrolit, enfisema dan bronkiektas.

Untuk mencegah timbulnya penyakit, anak perlu mendapat vaksinasi pertusis. Vaksin ini dikembangkan sejak 60 tahun lalu dan mulai dipakai efektif di dunia tahun 1960-an bersama dengan vaksin tetanus dan difteri. Ketiga vaksin itu akhirnya disatukan menjadi vaksin DPT.

c). Tetanus

Penyakit ini disebabkan oleh baksil Costridium Tetani yaitu bakteri gram-positif dan bersifat anaerob (bisa berbiak di dalam lingkungan tanpa oksigen). Bakteri ini bisa membentuk spora di dalam tanah, kotoran manusia dan binatang. Bila tidak terkena sinar matahari, spora bisa tahan sampai bertahun-tahun.

Penyakit tetanus sebenarnya sudah dikenal sejak zaman Hippocrates, sedangkan bakteri penyebabnya baru dapat diisolasi pada tahun 1889 oleh Kitasato. Bakteri tetanus lebih banyak ditemukan di dalam tanah olahan sehingga penduduk pedesaan lebih banyak menjadi carrier dalam usus, kulit dan mulut. Bakteri clostridium titani mengeluarkan toksin tetanospasmin. Jika racun ini masuk ke dalam tubuh melalui luka di bagian tubuh, maka akan berubah menjadi aktif dalam keadaan tanpa oksigen. Racun tetanospasmin kemudian menyebar dari luka melalui ujung syaraf dan menimbulkan kontraksi otot di sekitar daerah luka. Setelah itu, racun akan menjalar ke seluruh syaraf dan akhirnya mencapai sunsum tulang belakang. Jika ini terjadi, maka akan menimbulkan kontraksi pada semua otot polos.

Masa inkubasi penyakit ini antara 3-21 hari. Makin jauh jarak luka (tempat masuknya spora) dengan pusat syaraf, maka makin lama masa inkubasinya. Anak yang terserang tetanus akan sering mengalami trismus (mulut terkunci) dan wajahnya berubah mengerikan (risus sadonicus). Gejala lainnya adalah panas, iritabel, gelisah, bulu kuduk kaku, sulit menelan, otot perut, punggung dan dada kaku.

Pengobatan tetanus dilakukan dengan jalan menetralisasi toksin, membersihkan luka, memberikan antibiotika penisilin atau tetrasiklin dan memperkuat nutrisi, cairan serta kalori. Sebagai pencegahan, anak perlu mendapat imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif merupakan vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid yang diberikan bersama vaksin pertusis dan difteri. Sedangkan imunisasi pasif diberikan dalam bentuk serum antitetanus (ATS profilaksis) pada penderita luka yang berisiko terinfeksi tetanus.

Di Indonesia vaksin terhadap Difteri, Pertusis, dan Tetanus terdapat dalam 3 jenis kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan kombinasi DPT. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu sampai 5 minggu (DPT1, DPT2, dan DPT3). Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, sebabnya suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1 – 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P) (Theophilus, 2000).

Menurut penelitian Dyah W. Isbagio (2001b) pada penelitian yang melibatkan 375 anak SD di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa dengan adanya program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada anak SD dapat bermanfaat dalam meningkatkan kekebalan terhadap tetanus.


2). Poliomyelitis

Penyakit Polio (Poliomyelitis Anterior Akuta) disebabkan oleh infeksi virus polio. Gejalanya bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai adanya kelumpuhan yang bersifat lemas tanpa mengganggu saraf perasa. Biasanya pada tungkai bawah dan bersifat menetap selamanya. Penyakit ini hanya menyerang manusia. Virus polio berkembang biak di dalam usus manusia (anak-anak) dan berada di dalam usus paling lama dua bulan, sehingga tidak ada penderita kronis atau penderita yang menjadi carier (pembawa) polio. Virus dari usus manusia akan dikeluarkan melalui tinja kemudian berada di luar tubuh atau di alam bebas hanya bertahan selama 48 jam pada puncak musim kemarau dan bisa 2 minggu pada musim hujan. Penularan terjadi secara fecal oral atau dari tinja ke mulut (Syahrul Muhammad, 2002).

Jumlah kasus Polio di Indonesia dalam 5 tahun terakhir telah berhasil di turunkan sebesar 97% yaitu dari 773 kasus tahun 1988 menjadi 23 kasus yang dilaporkan tahun 1993. Penyakit polio perlu dicegah, karena dapat menimbulkan dampak yang menyebabkan kecacatan menetap, sehingga dapat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Selain itu penyakit polio pada hakekatnya merupakan penyakit kedua yang dapat diberantas (eradikasi) setelah penyakit cacar. Hal ini karena penyakit tersebut hanya menyerang manusia terutama anak-anak), tidak ada binatang pengidap polio dan juga tidak ada pengidap kronis.

Terdapat 2 jenis vaksin Polio yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan) dan cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan Polio. Imunisasi dasar Polio diberikan sejak anak berumur dua bulan sebanyak empat (4) kali (Polio1, Polio2, Polio3, Polio4) dengan selang empat minggu sampai satu bulan dengan cara tetesan pada mulut (2 tetes). Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin Hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT. Pada imunisasi dasar pemberian imunisasi Polio4 menunjukkan tingkat efektivitas imunisasi (Anonim, 2003).

Penyakit Polio tidak ada obatnya. Penyakit ini hanya bisa dicegah dengan imunisasi. Vaksin Polio yang diberikan kepada anak balita beberapa kali akan melindungi anak-anak dari serangan virus Polio (Minkovitz, et al, 1999).

Hasil penelitian Gendro Wahyuhono (2001) pada 604 anak di Metro Kabupaten Lampung menunjukkan bahwa imunisasi polio efektif setelah anak mendapatkan imunisasi 3 kali dosis, di mana persentase anak yang mempunyai antibodi tripel positif meningkat setelah anak mendapat imunisasi 3 kali dosis yaitu, 96,6 %.


3). Campak (Measles)

Penyakit ini mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau pilek. Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh, dan anggota badan. Bercak merah akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari. Pada anak yang kurang gizi, penyakit ini diikuti oleh komplikasi yang berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing. Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan kekebalan ini bertahan hingga usia bayi mencapai 6 bulan. Imunisasi Campak diberikan kepada anak usia 9 bulan. Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam ringan atau sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat suntikan (Theophilus, 2000).

Kasus campak di Indonesia masih cukup tinggi dan hampir di semua daerah terdapat Kejadian Luar Biasa (Syahrial Harun, 2001). Hasil kesepakatan pertemuan World Health Assembly (WHA) dan the World Summit for Children bertujuan menanggulangi campak secara bertahap dengan cara mengurangi angka kesakitan sebesar 90 % dan angka kematian sebesar 95 % dari angka kesakitan dan kematian sebelum pelaksanaan program imunisasi campak (Salma Padri, 2001a: 21 – 23).

Dengan adanya program BIAS dapat bermanfaat meningkatkan kekebalan anak sekolah terhadap penyakit campak, di mana dari penelitian Bambang Heriyanto (2001a) yang melibatkan 300 anak kelas I – V SD di Kuningan Jawa Barat dan 300 anak DKI Jakarta menunjukkan bahwa pemberian BIAS dapat memberikan kekebalan terhadap infeksi campak sebesar 97,50 % (DKI Jakarta) dan 98,53% (Kuningan).


4). BCG

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Micobacterium Tuberculosis yang mempunyai sifat tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di temapat gelap dan lembab (RSPI, 2003). Menurut SKRT 1995 Tuberkulosis (TB) di Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian setelah jantung dan saluran pernafasan (Bambang Supriatno, dkk, 2002).

Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat) (Theophilus, 2000).

Secara kasar, setiap 100.000 penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 130 penderita baru dengan BTA positip. Sampai saat ini belum satu negarapun dinyatakan bebas dari TBC. Indonesia belum pernah terjadi penurunan penyakit TBC akan tetapi justru mempunyai kecenderungan meningkat, bahkan dinyatakan Indonesia merupakan negara penyumbang kasus penderita TBC terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan India (Suradi, 2001).

Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam (Theophilus, 2000).

asil penelitian Ainur Rofiq, (2001) menunjukkan bahwa pada anak yang telah diimunisasi BCG dapat menurunkan risiko Meningitis TB sebanyak 0,72 kali dibanding yang belum diimunisasi BCG.


5). Hepatitis B

Infeksi Hepatitis B merupakan masalah kesehatan terutama di negara berkembang dan padat penduduk. Untuk mencegah infeksi maka imunisasi Hepatitis B harus diberikan sedini mungkin. Imunisasi Hepatitis B mulai diintegrasikan ke dalam PIN sejak tahun 1997, dan hasil cakupan imunisasi tahun 1998/1999 untuk HB1, HB2 dan HB3 masing-masing 78,8 %; 63,7 % dan 971,7 % (Julitasari, 2001; Muljati Prijanto, 2001a).

Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi dalam kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi kronik (menahun) yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari (Murtagh J., 1998: 540; Theophilus, 2000).

Cara pencegahan penyakit ini adalah dengan imunisasi dasar hepatitis B yang diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar (Theophilus,2000).

Penelitian Idi Sampana, Sutaryo, dan Suharyanto S. (2000) pada dua kelompok bayi masing-masing 60 bayi berusia 0 – 7 hari sebagai ujicoba dan 51 bayi usia 3 bulan pada kelompok kontrol di Kabupaten Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa immun respon pada bayi yang telah mendapat imunisasi dosis pertama umur 0 – 7 hari lebih baik (100 %) dibanding yang mendapat imunisasi dosis pertama usia 1 bulan (90,20 %). Bayi yang mendapat imunisasi umur 1 bulan mempunyai seroproteksi 0,9 (lebih kecil) dibanding yang mendapat imunisasi umur 0 – 7 hari.

Berbeda dengan penelitian tersebut, hasil penelitian Bambang Heriyanto (2001b) pada anak-anak di kabupaten Jember dan Bondowoso maupun di Ujung Pandang, Pontianak dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa imunisasi dengan pemberian vaksin pertama pada umur kurang dari 3 bulan dan pada umur 3 bulan tidak berbeda yaitu menghasilkan tanggap kebal sebesar 80 %. Dengan demikian imunisasi Hepatitis B yang dimulai umur 3 bulan belum terlambat, karena sebagian besar anak-anak pada umur tersebut masih terinfeksi virus secara alam. Sedangkan penelitian Andrew J., et al (2003) pada 2 kelompok mahasiswa kedokteran di Semarang yang telah dinyatakan HbsAg dan anti HbsAg negatif, menunjukkan bahwa apabila suntikan kedua dikurangi setengah dosis suntikan pertama kadar antibodi yang terbentuk sama atau tidak berkurang.